Senin, 03 Agustus 2020

Buah dari Pertolongan

Cerita Anak oleh Widyasih DP

Suatu pagi yang cerah seekor anak Lebah, bernama Lilo, sedang sendirian di atas dahan. Dia terbang kesana kemari mencari bunga untuk diambil nektarnya. Namun hanya hamparan kebun sayur wortel yang dia lihat. Lilo tampak murung. Sejak pagi buta hingga matahari telah bergulir meninggalkan ufuknya, belum juga mendapatkan nektar untuk membuat madu. 

“Hu hu hu..” tangis Lebah. 

Kiki, seekor kelinci yang tinggal tak jauh dari situ mendengar tangisan Lilo. Lalu Kiki mencari-cari dimana sumber suara tangisan tersebut. Setelah menemukan, Kiki si kelinci terkejut. 

“Hai Lebah, siapa namamu? Mengapa kamu menangis?” tanya Kiki penuh iba. 

“Hallo Kelinci, salam kenal, namaku Lilo, kamu siapa? Jawab Lilo. 

“Lilo? Sepertinya tidak asing nama itu.” gumam Kiki. 

“Apakah kamu pernah mencari nektar disini sebelumnya, Lilo?” tanya Kiki. 

“Pernah musim semi sebelumnya aku dan teman-temanku mencari nektar disini, dulu disini banyak tanaman bunga yang sangat rimbun, dan kami mengambil banyak nektar. Oleh karena itu aku kesini lagi, berharap akan ada banyak bunga dan nektar disini.” papar Lilo. 

“Hehe, salam kenal juga Lilo, maaf ku tidak memperkenalkan diri dulu tadi, perkenalkan, aku Kiki, tinggalku di sekitar sini.” sahut Kiki sambil tersenyum. 

Dalam hati Kiki, ia teringat akan cerita ibunya bahwa dulu pernah ada sekumpulan lebah yang melewati daerah tempat tinggalnya untuk mencari bunga untuk diambil nektarnya. Kebetulan disebelah perkebunan bunga ada kebun sayuran wortel tapi gersang. Namun setelah beberapa hari dari kedatangan lebah lebah itu, kebun sayur wortel menjadi rimbun. Rupanya sekumpulan lebah itu membawa benang sari bunga pada wortel dari wilayah sebelum mereka singgah disini. 

“Wah Lilo, atas bantuanmu dan teman temanmu dulu, kebun sayur wortelku menjadi berbuah dengan lebat, bahkan wortelnya besar dan manis, sehingga kami bisa makan dengan puas. Selain itu aku bisa menyimpan hasil panennya hingga musim berikutnya” papar Kiki dengan penuh haru.

“Oh iya? Benarkah? Saat itu tujuan kami mencari nektar ternyata juga membantu penyerbukan yaa sehingga tanaman cepat berbuah. Aku ikut senang mendengarnya, Kiki.” sahut Lilo tapi masih dengan sedikit wajah sedih.

“Kalau begitu mengapa kamu bersedih Lilo?” tambah Kiki. 

“Aku sedih, aku belum menemukan nektar untuk membuat madu.” sahut Lilo sambil sesenggukan menangis. 

“Oh begitu, adakah yang bisa ku bantu agar kamu senang?” Kiki si kelinci bertanya pada Lebah. 

“Benarkah? Kamu mau menolongku? Aku ingin dibantu dalam mencari perkebunan bunga supaya aku dapat mengambil nektar dari bunga untuk kujadikan madu.” jawab Lilo dengan bersemangat.

“Oh begitu, sebentar aku ingat-ingat dulu apakah ada perkebunan bunga disekitar sini.” sahut Kiki si kelinci. 

Beberapa menit kemudian lebah terkejut dengan teriakan Kiki. 

“Ahaaaaaa… aku ingat, tak jauh dari sini ada perkebunan bunga. Kita harus melewati sungai lalu berjalan sedikit dan akan kita temukan perkebunan bunga tepatnya di dekat air terjun.” 

“Horeee,,, kita bisa kesana sekarang ? kamu mau mengantarku?”tanya Lilo. 

“Sebagai balas budi atas kebaikanmu dulu, aku akan mengantarmu kesana, Lilo.” papar Kiki 

“Terima kasih sebelumnya Kiki, kalau begitu, mari kita berangkat sekarang!” seru Lilo 

Akhirnya mereka berdua memulai perjalanan mencari kebun bunga. Beberapa menit telah mereka lalui melewati hamparan sawah yang luas. Saat ditengah hamparan tersebut mereka mendengar suara meminta tolong. 

“Tolong, tolong…..!” suara meronta terdengar oleh Lilo dan Kiki. 

“Kiki, apakah engkau mendengar suara seseorang meminta tolong?”tanya Lilo pada Kiki sambil tetap memasang telinga mencari sumber suara berada. 

“Iya Lilo, aku juga mendengarnya. Mari kita cari darimana suara itu berasal!” jawab Kiki penuh antusias.   
 
Setelah beberapa saat, akhirnya mereka menemukan sumber suara permintaan tolong itu berada. Rupanya seekor ular dengan lilitan jaring berada di hadapan mereka. Serta merta Lilo dan Kiki menghampirinya dengan waspada. 

“Hei Ular, mengapa kamu bisa terperangkap jaring-jaring?” Kiki dengan tak sabar ingin mengetahui apa yang terjadi. Disebelahnya Lilo memperhatikan sang Ular dengan iba. 

“hu..hu..huu.. aku terkena jebakan seseorang. Aku hanya ingin melewati daerah sini, sebelumnya aku tak melihat ada apa-apa. Ternyata ada seseorang menaruh perangkap disini.” sahut Ular dengan menangis. 

“Oh rupanya begitu, mari kita bantu Ular ini, Lilo. Sebelum sesorang yang memasang perangkap dating.” ujar Kiki pada Lilo. 

“Kalau begitu, aku akan mengawasi dari atas, jika ada yang datang, akan kuberi tahu. Sedangkan kamu bisa melepas jaring-jaringnya menggunakan gigimu, Kiki.” saran Lilo 

“Wah, aku setuju, cerdas idemu, Lilo.” jawab Kiki dengan senyum merekah. Setelah beberapa saat, jaring-jaring sudah terlepas, si Ular terbebas dengan lega. 

“Terima kasih atas pertolongan kalian, aku tidak bisa membalas dengan sesuatu yang berharga, aku tidak memiliki apa-apa.” ujar si Ular. 

“Tidak apa-apa wahai Ular, bagi kami, yang penting kamu selamat. Oh iya, ngomong-ngomong siapa namamu, sampai lupa kita belum berkenalan. Aku Lilo, sedangkan ini temanku, Kiki.” kata Lilo sambil menunjuk Kiki. 

“Kalian bisa memanggilku Neki. Salam kenal. Kalian sedang ada rencana apa hingga sampai sini?” sahut Neki si Ular yang tampak bahagia. 

“Kami hendak ke seberang sungai, disana ada perkebunan bunga, Lilo memerlukan nektar dari bunga tersebut untuk membuat madu. Aku hendak mengantarkannya karena yang mengetahui tempatnya aku, dan sebagai tanda terima kasihku karena dulu pernah dibantu oleh Lilo.” jawab Kiki sambil melempar pandangan ke Lilo. 

“Oh begitu, kalau begitu bolehkah aku membantu kalian untuk menyeberangi sungai? Aku khawatir kalian akan kesulitan melewatinya sendiri.” kata Neki menawarkan bantuan pada Lilo dan Kiki. 

“Alangkah baiknya kamu, Neki. Jika kamu tidak keberatan, kami tidak akan menolak bantuan yang kamu tawarkan pada kami.” sahut Lilo dengan senyuman di wajahnya. 

Tidak mengulur waktu lagi, kemudian mereka bertiga melanjutkan perjalanan menuju perkebunan bunga. Tak lama kemudian terdengar suara gemuruh aliran air pertanda sungai sudah dekat membuat mereka semakin bersemangat. 

“Lihat, itu sungainya, kita bisa melaluinya, semoga arusnya tidak begitu deras.” tutur Kiki. 

Setelah beberapa langkah, mereka bertiga sampai di pinggir sungai. Bergegas Neki memposisikan diri di pinggiran sungai. 

“Iya, ayo teman-teman kalian bersiap naik punggungku ya, pegangan yang erat.” pinta Neki pada Lilo dan Kiki. 

“Baiklah, Neki!” seru Lilo dan Kiki. 

Sejurus kemudian mereka sudah berada ditengah sungai. Saat hampir tiba diseberang, arus agak deras, hampir saja Neki kesulitan melaluinya. Namun dengan kesigapannya, ia dapat mengatasi kesulitan itu dan mereka berhasil sampai seberang sungai dengan selamat. 

“Teman-teman, kita sudah sampai, tugasku sudah selesai. Semoga kalian selamat sampai menemukan kebun bunga ya. Aku pamit undur diri. Semoga kita bisa bertemu lagi dilain hari.” tutur 

Neki bahagia tapi juga sedih karena harus berpisah dengan teman barunya. 

“Neki, aku sangat bertima kasih kepadamu, karena pertolonganmu, kami bisa sampai sini.” balas Lilo 

Lalu suasana mengharu biru, mereka berpisah sambil melambaikan tangan. 

“Ayo, kita lanjutkan perjalanan, sudah dekat dari sini, Lilo.” kata Kiki. 

“Yuk, aku sudah mencium aroma nektar.” sahut Lilo. 

Mereka berdua melanjutkan perjalanan dengan semangat. Sudah terdengar suara gemericik air terjun menandakan kebun bunga sudah semakin dekat. Sejurus kemudian mereka terpesona dengan hamparan ciptaan Tuhan yang sangat indah. Air terjun yang mengalir dengan deras dikelilingi oleh hamparan kebun bunga warna warni memanjakan mata. 

“Lilo, akhirnya kita sudah sampai, ayo, lekas ambil nektar yang kau butuhkan.” papar Kiki sambil menyenggol Lilo yang masih terbengong takjub melihat pemandangan di depan matanya. 

“Ini surga, mari mendekat, mari merapat kesana, Kiki. Terima kasih sudah membawaku kemari. Setelah ini akan ku kabarkan kepada teman-teman ku agar mereka bisa mengambil nektar disini.” ujar Lilo. 

“Sama-sama, Lilo, aku merasa lega bisa membantumu. Lunas sudah tugasku mengantarkanmu.” kata Kiki. 

Lalu mereka menikmati keindahan disana dengan gembira. Lilo dengan sayapnya terbang kesana-kemari, dari bunga satu ke bungga yang lainnya, mengumpulkan nektar-nektar yang akan dibawanya. Kiki sambil duduk memperhatikan apa yang dilakukan Lilo. Kiki ikut senang melihatnya dan merasa lega sudah bisa budi baik Lilo tahun lalu.


Kamis, 28 Juni 2018

Gula Merah Tebu
Gula merah adalah gula yang terbuat dari nira pohon palma seperti aren, nipah, siwahan dan kelapa. Gula merah dikenal juga dengan nama gula aren (terbuat dari nira pohon aren) dan gula kelapa (terbuat dari nira pohon kelapa). Di Pulau Jawa gula merah banyak  dikenal dengan nama gula jawa. Gula merah berbentuk setengah elips atau silinder. Gula merah mempunyai beragam warna  seperti cokelat kuning sampai cokelat kehitaman. Gula merah hampir  menjadi kebutuhan pokok terutama bagi orang jawa karena banyak digunakan sebagai bahan tambahan berbagai macam olahan makanan dan industri kecap.
Tebu adalah komoditas pertanian yang banyak ditanam di Indonesia. Tebu sebagian besar dimanfaatkan sebagai bahan baku industri gula pasir (gula kristal). Gula pasir diproduksi dengan proses fisikawi dan kimiawi (bantuan penambahan zat kimia) selama proses berlangsung, sehingga memungkinkan adanya efek kurang baik untuk kesehatan (Misal : diabetes).
Gula merah selain bisa diproduksi dari nira pohon palma bisa diproduksi dengan nira tebu. Gula merah tebu ini mempunyai bentuk seperti gula merah yang berada di pasaran, dengan citarasa manis seperti gula pasir dan berwarna cokelat. Gula merah tebu lebih sehat dari pada gula aren. Gula merah tebu yang sudah banyak diproduksi dalam bentuk gula semut (butiran) dan dikemas dengan nama brown sugar. Gula semut banyak digunakan sebagai bahan baku tambahan pada  industri kecap. Gula merah tebu ini bisa dijadikan alternatif pengganti gula pasir maupun gula merah.
Proses pengolahan gula merah tebu meliputi pemerahan, pemurnian nira, pemasakan, dan pencetakan. Batang tebu yang sudah dibersihkan dari daun kering diperah menggunakan mesin giling (mesin pres). Hasil pemerahan ini menghasilkan ampas tebu (bagas) dan nira.  Bagas ini bisa dijemur dan digunakan sebagai bahan bakar pemasakan nira.
Nira yang dihasilkan seringkali masih mengandung kotoran benda padat, sehingga perlu disaring untuk menghasilkan nira yang bersih. Nira yang sudah bersih dimasak dalam 5 wajan yang berderet sampai mendidih. Nira tebu pada wajan pertama ditambahkan air kapur sekitar 0,02 % (sampai pH 7) sebagai penjernih nira. Penambahan air kapur ini mengikat kotoran-kotoran yang masih tertinggal di nira. Setelah penambahan air kapur nira muncul gumpalan kotoran dari nira dalam wajan. Gumpalan kotoran diambil menggunakan serok penyaring.
Selanjutnya nira dimasak dengan pengadukan sampai mengental. Nira yang sudah mengental dicetak menggunakan cetakan berbentuk silinder.
            


Gula merah tebu mempunyai peluang industri cukup besar karena permintaan konsumen terhadap gula merah tebu tinggi dan kesempatan ekspor besar. Dengan adanya gula merah tebu ini diharapkan bisa mengurangi konsumsi gula pasir dan menambah variasi gula merah. (Garusti/Balittas/Balitbangtan/Kementrian Pertanian)
x

Jumat, 09 Mei 2014

Les Privat SD dan SMP di daerah Bantul dan Yogyakarta , harga setiap pertemuan terjangkau

Anak, adek, saudara, atau tetangga Anda sekolah SD atau SMP?
Membutuhkan teman atau bimbingan belajar ?
Saya menyediakan les privat bagi yang berminat,, pengajar lulusan UGM 2014 atau mahasiswa UGM.
Hubungi 085729616704 (bisa SMS)

Tempat les bisa datang langsung ke rumah Anda..Tidak ada uang pendaftaran atau apapun minat hubungi saja langsung,dan pembayaran dilakukan ketika les sudah selesai. Terima kasih...


Maaf ini sudah TUTUP

Senin, 29 Juli 2013

Mendaki lembah Andong (pegunungan) with Beastudi ETOS Jogja angkatan 2006-2009